Tuesday, April 15, 2014

Bloger BSI Purwokerto

- 0 comments
Bloger BSI Purwokerto - Pada postingan kali ini, akan memposting tentang Bloger BSI Purwokerto. Kenapa artikel ini berjudul "Bloger BSI Purwokerto" ? Ya. Karena kalimat itu merupakan sebuah target keyword yang mana merupakan keyword dari kontes seo yang saya dan 2 teman bloger saya adakan. Mereka masing-masing merupakan admin dari blog INFO KUMPULAN TIPS dan CORETAN MIM-MIM. Sebenarnya ini hanyalah sebuah kontes iseng-iseng yang kami adakan demi mengetahui siapa yang lebih seo blognya dengan memakai keyword "Bloger BSI Purwokerto"

Kenapa kami memilih KW (keyword) "Bloger BSI Purwokerto". Karena kami ingin melestarikan komunitas bloger di kampus tercinta kami, BSI Purwokerto. Alangkah bangganya jika teman-teman di BSI Purwokerto berkeinginan membuat blog dan belajar bersama dengan kami. Belajar SEO, belajar menjadikan blog sebagai ladang penghasilan, dan sebagainya.

Misi kami bertiga hanyalah ingin memajukan komunitas Bloger di kampus BSI Purwokerto. Semoga saja misi tersebut terealisasi. Doakan yah.. :)
[Continue reading...]

Monday, April 14, 2014

Keutamaan Puasa Bulan Rajab

- 0 comments
Keutamaan Puasa Bulan Rajab - Tepat tanggal 21 Mei 2012 ini kita memasukui Bulan Rajab. Banyak diantara kita para umat muslim yang berpuasa sunnah di bulan rajab ini. Bulan Rajab adalah bulan ke tujuh dari penggalan Islam qomariyah (hijriyah). Peristiwa Isra Mi’raj  Nabi Muhammad  shalallah ‘alaih wasallam  untuk menerima perintah salat lima waktu terjadi pada 27 Rajab ini.



Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat  bulan haram, ketiganya secara berurutan  adalah: Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri,  Rajab.

Dinamakan bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan  ini, Al-Qur’an menjelaskan:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Keutamaan Puasa Bulan Rajab

Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:
  1. Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdo’a: “Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).
  2. "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
  3. Riwayat al-Thabarani dari Said bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana  berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
  4. "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
  5. Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Syaban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku." 
  6. Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?” Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.

Semoga Bermanfaat ^^

sumber:
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,37964-lang,id-c,ubudiyyah-t,Puasa+Bulan+Rajab-.phpx
[Continue reading...]

Puasa Asyura Puasa Sunnah di Bulan Muharram

- 0 comments
Puasa Asyura, Puasa Sunnah di Bulan Muharram - Berpuasa pada Hari Asyura sebaiknya didahului dengan berpuasa pada hari tasu’a (hari kesembilan dari bulan Muharam) agar tidak menyerupai dengan amalan orang Yahudi yang hanya berpuasa pada Hari Asyura saja. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan (para sahabat) supaya berpuasa. Para sahabat berkata : ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani’, Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Pada tahun depan insyaaLlah kita puasa tanggal 9′. Tetapi beliau wafat sebelum datangnya tahun berikutnya” (HR Muslim). Dalam riwayat yang lain disebutkan “Seandainya aku mendapati tahun depan, maka aku akan puasa tanggal 9. Tetapi beliau meninggal sebelum itu” (HR Muslim).

Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10, 11 Muharam. Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Puasalah pada hari ‘aasyuura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum ‘asyuura dan sehari sesudahnya.” (HR Ahmad).

Ibnu Sirrin melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi manusia salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira tanggal sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab VI/406)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu “Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya” (HR Bukhari).

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat yang paling afdal sesudah salat fardu adalah salat malam.” (HR Muslim)

Puasa Asyura pun memiliki keutamaan berupa dihapusnya dosa satu tahun, sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Puasa Asyuura menghapus dosa satu tahun, sedang puasa arafah menghapus dosa dua tahun.” (HR Muslim, Tirmizi, Abu Daud).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam senantiasa melakukan puasa Asyura berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.”Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaannya selain hari ini (Asyura’) dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (maksudnya: Ramadhan).” (HR Bukhari dan Muslim). Juga dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radiyallahu ‘anha, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam.” (HR Muslim).

Pada mulanya puasa Asyura diwajibkan, tetapi setelah Allah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan, maka puasa Asyura status hukumnya menjadi sunnah. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radiyallahu ‘anha “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa ‘Asyuura sebelum turunnya perintah puasa Ramadan. Ketika puasa Ramadan diperintahkan, siapa yang ingin boleh puasa ‘aasyuura dan yang tidak ingin boleh tidak berpuasa Asyuura.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi)

sumber: http://panji1102.blogspot.com
[Continue reading...]

Wednesday, February 26, 2014

Cara Mudah Menjadi Entrepreneur

- 0 comments

Cara Mudah Menjadi Entrepreneur

Tak ada profesi yang sedemokratis profesi entrepreneur (wirausaha/pengusaha). Siapa pun Anda, asalkan hari ini punya keberanian, hari ini juga Anda bisa langsung menjadi pengusaha — bahkan ketika tak serupiah pun duit di kantong Anda. Bandingkan, misalnya, untuk menjadi dokter, Anda mesti kuliah dulu bertahun-tahun di fakultas kedokteran. Demikian pula profesi lain seperti pengacara, arsitek, apoteker, psikolog, atau ahli konstruksi. Menjadi entrepreneur merupakan profesi yang memiliki penghasilan yang tidak terbatas, dan inilah kunci kemakmuran bagi setiap orang atau bangsa.

Memang, umumnya orang berpandangan, untuk menjadi wirausaha kita harus menyiapkan uang tunai lebih dulu sebagai modal usaha . Itu sebabnya banyak orang sibuk berburu uang untuk menghimpun modal, biasanya dengan menjadi karyawan di perusahaan orang. Setelah dirasa cukup, barulah memutuskan membuka usaha sendiri. Namun ceritanya akan lain jika — dan ini yang sering terjadi — uang yang didapat ternyata dirasa hanya pas untuk hidup sehari-hari. Alhasil, cita-cita membuka usaha sendiri tinggallah cita-cita, karena usia keburu habis tersita untuk memikirkan kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Pandangan bahwa untuk memulai usaha harus tersedia uang tunai, tak sepenuhnya benar. Bisnis tanpa modal uang tunaipun bisa dilakukan. Dan itu telah dibuktikan oleh para pengusaha sukses. Sebagian besar dari mereka mengawali usaha justru ketika mereka tidak punya apa-apa, terdesak, putus sekolah/kuliah lantaran tak ada biaya, atau bahkan karena merasa terhina. Dalam kondisi nothing to loose ini, keberanian dan kenekatan mereka muncul. Dalam kondisi bukan siapa-siapa, mereka dipaksa untuk membangun “mimpi”? masa depan, tertantang untuk meraihnya, dan berusaha keras menyusun strategi untuk mencapainya.

Keberanian dan motivasi yang menyala-nyala itu sekaligus menyingkirkan segala hal yang sebelumnya dianggap memalukan. Misalnya, karena tak punya uang serupiah pun di kantong, mereka tak segan-segan mengawali usaha sebagai makelar rumah, mobil, barang elektronik, aneka bahan bangunan, bahan kebutuhan pokok, atau barang-barang lainnya. Dengan modal dengkul ini, mereka langsung memetik keuntungan dari komisi atau berdasarkan kesepakatan lain yang ditentukan bersama pemilik barang.

Cara lain, misalnya, menjual jasa dengan lebih dulu meminta uang muka. Ini bisa dilakukan di industri jasa pendidikan seperti bimbingan belajar, les bahasa Inggris, kursus musik (piano, gitar, biola, dan sebagainya). Atau, bisa juga konsumen memesan barang tertentu kepada kita, tetapi sebelum barang pesanan itu kita kerjakan, kita minta uang muka lebih dulu. Nah, uang muka dari para konsumen itulah yang kita jadikan modal untuk menggelindingkan bisnis.

Gampang kan? Masih ada lagi. Kalau Anda kebetulan punya keahlian khusus, memasak misalnya, Anda bisa mencari pemodal untuk membuka restoran dengan sistem bagi hasil. Jurus-jurus seperti itulah yang tak bosannya diserukan Purdi E. Chandra, pendiri sekaligus “guru besar”? Entrepreneur University, di depan para muridnya. Purdi sendiri drop out dari kuliahnya di tahun kedua gara-gara kesulitan uang kuliah dan biaya hidup. “Terus terang, dorongan terkuat dari dalam diri saya waktu memutuskan terjun ke dunia bisnis karena saya minder pada teman-teman kuliah yang hidupnya serba kepenak dan kelihatannya kaya-kaya,”? ungkap pendiri dan pemilik Primagama Group, yang mengelola jaringan bimbingan belajar terbesar di Tanah Air. Kini, walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya, Purdilah yang paling bos dan terkaya di antara anak-anak Angkatan 1979 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada yang sekarang bekerja di berbagai tempat.

Yang menggembirakan, belakangan semakin marak tren untuk sejak awal memutuskan menjadi wirausaha sebagai pilihan hidup. Banyak lulusan segar perguruan tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri, tanpa ragu bertekad membangun bisnis sendiri. Demikian juga, tak sedikit profesional di perusahaan mapan tiba-tiba ganti haluan menjadi pengusaha. Seperti akan Anda baca pada tulisan Sajuta berikutnya, dengan bekal pendidikan yang lebih bagus, luasnya jejaring serta pengalaman yang matang, kelompok ini memang relatif lebih jeli memilih bidang bisnis yang belum digeluti orang, sehingga banyak dari mereka cepat meraih sukses. Namun, yang paling disaluti dari mereka adalah keberaniannya memutuskan terjun di dunia bisnis, membangun visi, dan eksekusinya yang gigih.

Sungguh banyak jalan untuk menjadi wirausaha. Profesi seperti dokter, arsitek, desiner interior, pengacara, atau bahkan artis, sebetulnya tinggal selangkah lagi bisa menjadi pengusaha jika mereka mau. Dokter bisa bikin klinik atau bahkan rumah sakit sendiri. Pengacara dapat mendirikan kantor konsultan hukum. Desainer interior bisa bikin kantor konsultan desain dan interior. Artis, dengan pergaulannya yang luas, bisa segera mendirikan rumah produksi sendiri.

Kalau punya uang dan tak ingin terlalu repot, Anda bisa langsung menjadi pengusaha dengan membeli waralaba (franchise) produk/jasa terkenal yang sudah terbukti sukses. Dengan semakin derasnya arus barang (baik lokal maupun dari mancanegara), bisnis keagenan dan distribusi pun sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Dalam perjalanannya, seperti halnya dalam kehidupan yang lain, para wirausaha pun dihadapkan pada banyak jebakan dan godaan. Salah satu sindrom yang sering muncul adalah euforia sukses. Karena telah membuktikan diri sukses, dorongan untuk mengejar sukses-sukses yang lain pun sering sedemikian menggebu sehingga mengabaikan kemampuan riilnya. Banyak contoh pengusaha yang awalnya maju pesat berkat bisnisnya yang berkembang sangat bagus, tiba-tiba limbung lalu terjungkal gara-gara terlalu ekspansif ke bidang-bidang baru yang belum begitu dikuasainya. Jadi, hati-hatilah. Laju boleh cepat tapi ritme hendaknya tetap terjaga.

Yang jelas, gairah menuju entrepreneurial society ini perlu disambut hangat. Sebab, sumbangan pengusaha kecil dan menengah terhadap perekonomian nasional — seperti sudah sangat kerap didengung-dengungkan — tak perlu disangsikan lagi. Terutama, dalam hal penyediaan lapangan kerja dan andilnya dalam membangun struktur perekonomian nasional yang sehat. Karena itu, sudah saatnya pemerintah (khususnya pemda) makin terpacu untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi munculnya para wirausaha baru. Bentuknya bisa macam-macam, antara lain ketersediaan kredit yang memadai bagi small and medium enterprises, penyaluran dana BUMN ke sasaran yang tepat, tidak membebani pajak secara tidak proposional, dan lain sebagainya.(Galeriukm).

Sumber:

http://swa.co.id/2005/03/anda-bisa-jadi-entrepreneur-hari-ini-juga/

[Continue reading...]

Sepi Pun Menari di Tepi Hari

- 0 comments


Sepi Pun Menari di Tepi Hari

Kabar gembira datang pagi hari.

Selasa, 19 Agustus 1997. Di hadapan lebih dari 500 undangan yang memenuhi Aula Serbaguna RW 18, Kelurahan Pondok Petir, pinggir selatan ibukota, telah dinikahkan secara resmi Ir Gulian Putra Ariandaru, M.A, 29 tahun, dengan Arsih, 22 tahun.

Senyum itu. Misteri.

Daun bibirnya yang penuh, menggurat garis lunak di atas dagunya yang hampir tepat setengah lingkaran. Seperti menyatakan dari kejauhan: hidup itu empuk. Karena itu, salahmu sendiri jika kau tak dapat tidur nyenyak. Lalu, matanya menipis ketika bibir itu terbuka perlahan, seperti tawanya yang mengalun. Selesailah dunia! Dengan garis-garis wajah yang tertarik kuat dan wajar seperti itu, perempuan akan mengisi tatapan kosong setiap lelaki. Perempuan yang menciptakan jarak setiap langkah. Perempuan-perempuan Picasso yang merambati gelap dengan cahayanya.

Namanya Arsih. Kujumpai pertama, kedua, dan ketiga kalinya selalu di pertengahan pertunjukan wayang kulit. Ketika punakawan muncul hanya untuk menihilkan awal dan akhir cerita. Suara tawanya, entah kenapa, mengejutkan dan membuatku segera berpaling ke arahnya. Suara itu mengembang dan mengambang seperti langkah tak berjejak dan memaksaku tersenyum. “Itu, Arsih. Anak Yu Katiyem.” Sudri, informan dalam kerja risetku, menyahut cepat pertanyaanku. “Baru 20 tahun,” sambungnya. Entah dengan maksud apa.

Pertemuan kelima di panggung dangdut. Kami berkenalan. Bapaknya petani palawija, ibunya membuka kios gado-gado. Aku meraih master enam bulan kemudian. Tiga tahun berikutnya, kami, aku dan Arsih, hampir memiliki anak. Kandungannya lemah, ia gugur hanya karena Arsih bersepeda ke pasar.

Dia? Ah, biasa saja. Anak kota. Gayanya. Bajunya selalu putih, mentereng. Jadi, kelihatannya bersih terus. Ngomongnya juga di-sopan-sopanin. Biar lancar kerjaannya. Kerjaannya apa sih? Nyatet melulu, kayak juru tulis kelurahan. Aku tahu dia sering melirik aku. Sejak wayang Petruk Dadi Ratu-nya kiai Sumprit, dalang edan itu. Kenalan? Aku dipaksa Mbakyu Tumi. Kan ndak ada ruginya, kata Mbakyu.

Mauku, mau mbok dan bapakku, kawin di kampung. Cara kawin di kota, aku gak ngerti. Gak kerasa. Tapi, sudahlah. Mas Guli memang baik. Aku mau apa saja dikasih. Kebetulan, kata Mbakyu Tumi. Porotin saja, katanya. Aku gak mau. Bukan ndak setuju, tapi males saja. Tapi, Mas Guli jarang di rumah. Temanku pembantu. Lebih dari teman. Seperti saudara. Lebih dekat dari Mas Guli sendiri.

Aku nonton video porno, diajak Yu Ti, pembantu. Juga gambar-gambar asli. Asli bener. Aku kok jadi pusing. Gak tahan. Minum pil dan tidur. Mimpi ndak? tanya Yu Ti. Enggak tuh. Enak gak tidurnya? Biasa saja, tuh. Mau nonton lagi? Enggak dulu. Tak bikinin jamu, ya? Buat apa, Yu? Perempuan tiga puluhan itu tersenyum. Ke dapur, membuat jamu. Tidak kuminum sampai esoknya. Ini jamu siapa, kata Mas Guli saat datang agak malam. Yu Ti, kataku gugup. Bibir Mas monyong. Dia lihat agak lama gelas jamu itu. Lalu, pergi mandi.

Lebih tiga tahun perkawinan, kami belum sukses memproduksi anak. Dia sudah lima kali keguguran. Dokter bilang, sudah sulit sekali. Dan aku tak menunggu mukjizat. Aku tak percaya keajaiban, terutama kalau berhubungan denganku. Usaha keras, hanya itu prinsip hidupku. Begitu aku bekerja. Entah untuk apa. Karier? Uang? Gengsi? Rasanya bukan. Sekadar kewajiban. Termasuk, utamanya, kewajiban memenuhi hajat dan keinginan istriku. Arsih tidak banya minta, melalui mulutnya. Tapi, lewat sudut mata dan sikap tubuhnya. Aku harus mengerti apa yang ia mau. Selendang biru, tempat tidur baru, piring makan, penyejuk udara, kiriman tambahan orangtuanya, modal dagang mbakyunya, atau sandal jepit dari Jepang, katanya.

Entah dari mana ia tahu itu semua. Hampir sebagian besar permintaannya tak terpakai. Dia tetap Arsih. Daster kembang, rambut digulung atau kepang, dan radio wayang kulit. Juga tentu televisi, melulu dua program: India dan dangdut. Stasiun teve seperti setia meladeninya. Bicara? Hampir seluruh topik adalah keluarga dan tetangganya di desa. Jangan bicara soal pekerjaan, film Dustin Hoffman terbaru, atau roman Vikram Seth yang membuat silau pikiranku. Buku? Satu hal yang, baginya, tak lebih penting dari satu ons bawang putih.

Aku masih terpukau oleh senyumnya. Begitu purba. Seperti waktu berlalu tanpa bekas, masa lalu, hidup senantiasa, hingga di masa nanti. Untuknya, aku harus pandai mencari pergelaran wayang kulit di seantero ibu kota. Atau, sesekali ke Wayang Orang Bharata. Tapi, Arsih tak begitu suka yang terakhir ini. Ia memang berpendirian. Tegas bahkan. Aku betul menyukainya. Aku betul tidak menyukainya ketika pendirian itu tak dapat didiskusikan lagi. Ia boleh diam, seperti mengalah. Tapi tidak sama sekali. Ia menyimpannya sebagai dendam. Untuk diledakkan di saat yang baginya tepat.

Dan saat itu tiba. Bom waktunya meledak!

Mas Guli, gantian ya kamu di bawah.

Cuma itu yang kuminta. Kenapa lalu dia uring-uringan. Sampai pagi tidak tidur. Sampai malam datang lagi, ia tak kerja. Duduk di kebun merokok dan ngopi tiada habisnya. Ada apa? Aku mau arisan dan undangan majelis taklim. Ada yang jual ehmm…apa itu, gelas kristal! Bagus dan keren, katanya.

Pergi saja! Katanya pendek waktu aku minta izin. Ada apa sih, Mas? Tanyaku ketika pulang, menjelang 10 malam. Dia malah pergi tidur. Aku mau minta lagi agar ia mau di bawah. Tapi, kudengar ia mendengkur keras. Bohongan, aku tahu. Ada apa sih? Sengaja bikin aku kesel? Ada apa, Mas? Mas Guli mengecapkan bibirnya seperti ngigau. Dan dengkur lagi. Bohong lagi. Kenapa sih?

Apa-apaan? Dari siapa kau mempelajari itu?

Tak ada jawaban. Ini keistimewaan lain Arsih. Tutup rapat rahasia hati atau pikirannya. Berbalik habis denganku. Semangatku membagi info dan pengetahuan, berbagi hati dan pikiran. Dan Arsih tidak menunduk. Ia tentang mataku dalam bisu. Ia bukan saja merokok, pergi ke kafe, atau mampir ke kabin karaoke, tapi juga membuat kelompok-entah apa namanya-dengan beberapa ibu muda, bahkan yang datang jauh dari kompleks perumahan kami. Aku memergokinya. Ketika semua sudah lebih setahun berlangsung. Kamu juga minum bir? Ndak. Aku tak tahu, ia jujur atau kembali berahasia.

Itu mungkin belum seberapa. Bagiku. Dimulai dengan permintaan aneh agar aku mau bermain di bawah, Arsih melanjutkan dengan beberapa permintaan lain. Dan imajinasiku tak dapat menjangkaunya. Aku yang nungging atau Mas saja? Tanyanya suatu kali. Aku tak mengerti. Dan terasa sangat tolol di depannya. Ia tersenyum. Aku membuang bantal. Senyumnya hilang. Pintu kubanting. Dua malam berikutnya, aku tidur di sofa.

Apa-apan ini ? Dari siapa ia mempelajarinya ?

AKU mau pulang saja, Mas !

Mas Guli memandangku. Seolah aku ini kethek sirkus. Wong mau pulang saja, kok susah. Ditanya ini ditanya itu. Aku gak ngerti pertanyaannya. Katanya apa ? Aku tidak memahami dia, aku keblinger, aku membawa karepku dhewe, aku…wah banyak lagi. Gak aku jawab. Wong gak ngerti.

Kasihan juga Mas Guli lamalama. Ia capek ngomongi aku. Mukanya pucat dan masam. Aku bikinkan ia air jeruk dingin. Dia minum sambil geleng kepala. Aku pulang saja ya, Mas? kataku lagi. Dia menghela napas. Panjang sekali. Kenapa? Tanyanya. Dia ulang lagi. Ya, mau pulang saja. Masak gak boleh tho, Mas.

Sudah lebih setahun aku memang belum pulang. Lebaran cuma ngirimi bingkisan dan uang ke desa. Mas Guli banyak kerjaan. Jujurnya, aku juga mulai bosan dengan teman-temanku, ibu-ibu sekompleks. Dengan Yu Ti. Dengan Romi, kucingku. Dengan Mas Guli. Aku gak tahu, harus bagaimana. Aku ini kenapa. Aku mau pulang, Mas !

Suamiku membanting pintu. Keluar. Jadi, diizinkan ya, Mas?! Tak ada suara. Aku pun berkemas.

Arsih pulang seminggu, aku sakit. Keras, bahkan. Sekonyong kolesterol dan asam uratku meningkat drastis. Aku harus opname, seminggu kemudian, karena mulai ada gangguan jantung. Arsih sudah datang dan langsung mendampingiku, 24 jam di rumah sakit. Aku sangat tertolong. Aku pandang wajahnya dengan seluruh rasa sayang yang paling mungkin dalam imajinasiku. Dan aku tak pandai untuk itu. Arsih tersenyum. Sama seperti dulu, pertama kulihat dia. Tak ada perubahan. Tiga tahun perkawinan, untuknya, seolah waktu bermain yang lepas begitu saja. Tapi, cukuplah senyum itu untukku.

Namun, ternyata tak cukup untuk penyakitku. Sebulan keluar dari rumah sakit, aku malah terkena stroke ringan. Aku mulai panik. Melulu karena pekerjaan yang tak tergarap. Perusahaan tak ikut mengeluh. Tapi, gosip miring mulai mampir di telingaku. Arsih tetap rajin seperti biasa. Dua bulan setelah stroke, aku sudah mulai lancar menggerakkan anggota tubuh. Di tempat tidur, Arsih datang dan bertanya ringan sekali: sudah bisa belum, Mas? Baju tidurnya oranye tipis.

Aku mau tertawa, mungkin juga teriak. Tak bisa keduanya. Besoknya kuterima uang cukup besar dari perusahaan. Bukan santunan. Pensiun dini. Arsih memberi selamat dan bilang, mobil Karimun Bu Wondo, temannya, lucu dan asyik ya Mas. Maksudmu kita ganti Starlet lama kita? Dia tak menjawab. Wajahnya menunduk kecil dengan posisi miring, bibir senyum di sudut, seperti serbuk sari mengintai dan menghisap kumbang yang mendekatinya.

Aku sakit, Sih, kataku. Dan Karimun baru datang seminggu kemudian.

Sudah setengah tahun Mas Guli tak berdaya. Uang sih masih ada. Cukup untuk makan dan kebutuhan beli baju atau vcd baru. Tapi, aku tak bisa lagi mengajaknya pergi. Jalan-jalan di Mal Bintaro kesukaanku, nonton wayang kulit di hotel atau gelanggang remaja, bakar ikan di gunung, atau cuma sekadar makan nasi uduk pagipagi di Kampung Betawi. Mas Guli seperti bisu. Diam saja di kamarnya. Baca, baca, baca. Nulis, nulis, nulis. Kalau ditanya, jawabnya sepatah saja. Dia memang masih sakit.

Tapi anunya kan gak sakit, tho. Aku mau, pengin banget. Mas Guli seperti patung ukiran kalau diminta. Kaku membesi. Kalau lelaki sudah membesi begitu berarti tak lagi bernafsu. Apa…aku sudah gak merangsang lagi? Sering kuladeni tubuh bugilku di kamar mandi. Sehat. Seksi, kata Manto, tetangga sebelah, kata Juri, tukang kebun, kata Dani, teman Mas Guli. Lalu? Seksi, kataku.

Aku suka tubuhku sendiri. Cermin kamar mandi kini jadi temanku. Aku melihatnya, jadi nafsu. Aku merabanya, jadi mau. Aku menciumnya, tak keburu. Ahhh…… Mas Guli masih bergelimang buku. Dani temannya datang dan melirikku. Lengkap setahun sudah aku tak disentuh. Tabungan tipis. Aku mulai utang untuk lipenstip dan fondesyen. Suamiku bisu.

BISA jadi aku sengaja.

Sakitku bertambah berat, memang keinginan bawah sadarku. Ketika segala cara rasional jadi invalid untuk mendapatkan penyelesaian masalah, biarkan intuisi purba yang bekerja. Mungkin emosi ada gunanya. Sesungguhnya badanku baik, tapi dapat kubuat lumpuh. Dengan kursi roda kulaksanakan semua kegiatan. Sendiri. Mang Juri kupecat dan kebun mengganas dengan serangga dan ular satu-dua. Yu Ti bersih rumah dan cuci-cuci. Arsih memasak dan mengelola uang. Sekarang tak ada lagi yang ia kelola.

Apa yang akan dia perbuat? Pulang? Tidak. Ia mulai jual segala barang bahkan tanpa permisiku. Aku tertawa dalam hati. Sampai mana? Berulang kali ia hendak marah dan membentak, demi melihat kelumpuhanku, ia diam. Pergi setengah hari. Entah ke mana. Bagiku, surga adalah saat ia tak ada. Masihkah ada surga? Betulkah aku menyimpan harapan? Sedang mimpi pun aku tak lagi bisa. Arsih, di mana tempatnya ia kini?

Bahkan senyumnya pun tak kuingin (setahun sudah ia tak tersenyum). Kecuali saat ia keluar dari kamar mandi. Wajahnya bersih dan terang. Air memberinya bahagia. Serius jika aku sirik dan cemburu pada air bak mandi. Selebihnya: muak! Aku mau cerai. Aku tak berani. Aku mau ia pergi. Mulutku tak kuasa mengusirnya. Aku mau ia diam saat malam di tempat tidur. Mulutnya tak henti mengeluh. Bahkan membentak. Aku tampar. Pertama kalinya. Ia diam. Sungguh terdiam.

Aku mau bunuh diri. Tak bisa.

Sudah kucoba beberapa kali. Tak enak. Bagaimana bunuh diri yang enak? Dengan pistol di mulut, seperti film-film di teve? Tak ada yang minjami. Pil tidur? Apotek curiga. Apa aku benar mau bunuh diri? Tak tahu. Aku tak tahu apa yang aku mau. Mas Guli tidur di kursi roda, aku lebih banyak di sofa. Aku makan cah kangkung kesukaannya, dia minta jajan warung. Aku ingatkan kewajiban suaminya, pipiku dihajar. Entah kali berapa sudah. Sekali aku gak tahan, kulempar ia dengan piring. Kepalanya bocor. Ia pergi ke puskesmas sendiri. Dengan kursi roda. Aku menangis setengah hari. Dan tidur di kuburan dekat rumah.

Maaf? Minta maaf? Siapa yang harus memulainya? Dan untuk apa? Apa yang harus dimaafkan dari lelaki yang 24 jam menatapmu dengan benci? Yang menyebut seluruh keluargamu dengan caci maki? Yang menggapai dirimu dengan jijik hingga di ujung jari? Maaf? Aku serius gak ngerti arti kata itu. Yang kutahu, sejak sebulan terakhir ini, aku menyimpan satu hal yang menentukan, di hatiku, di mataku, di bibirku, di balik bajuku.

Sudah tak kukenali lagi diriku sendiri. Perkawinan adalah rumah sia-sia ketika tak ada lagi yang dapat atau pantas dikenali. Bukan saja segala menjadi asing, bahkan hidup yang harus dihidupi itu pun mengasingkan diri. Kata-kata jadi seperangkap jala yang menyergap semua mimpi kita. Dan emosi yang tersisa hanya berguna ketika kau selesai dengan upacara buang air kecil dan air besarmu.

Aku tak tahu, apa lagi yang harus kuperbuat dengan rumah tangga ini. Mestinya ia segera selesai. Terutama ketika kudapatkan ia menumpahkan seluruh perbendaharaan makiannya di lembar-lembar kertas, yang ia simpan seperti pusaka. Juga ketika ia menuang air ludahnya pada cangkir teh yang hendak kuminum. Termasuk juga saat ia mengatakan, perceraian tak perlu karena aku punya penyelesaian tersendiri. Satu-satunya pendapat yang sama ada dalam pikiranku.

Dan itu harus terjadi. Hanya karena peristiwa kecil, mungkin. Di kamar mandi. Tidak sengaja aku masuk kamar mandi, yang kebetulan tak terkunci, dan kutemukan ia terengahengah hebat karena onani. Di hadapannya cermin dan sebuah foto ditempel selotip. Aku terdiam. Menatapnya dingin. Ia pun menatapku. Tidak diam. Tidak dingin. Panas sekali. Tubuhnya bergetar. Tangannya kian cepat bergerak. Hingga akhirnya….Cuaahhh!! Kami sama-sama muntah.

Hanya dua hari setelah itu.

Kami tidur bersama lagi. Pertama setelah setahun setengah. Tentu tidak berdekatan. Ia di ujung utara, aku sebaliknya.

Sejak menit pertama, kami tak bicara. Hingga ia mendengkur, aku pun. Hingga malam terlampau larut, aku tercenung. Di luar hening, malam tak suara. Bahkan pun kepak serangga malam tak terdengar. Sepi seperti menari. Hingga hari hampir tiba di tepi. Aku merasa waktuku tiba kini. Mataku terbuka. Bibir mengeras. Kepalanku menggenggam kuat. Aku menarik nafas panjang. Dan sekonyong…aku berbalik. Menancapkan sesuatu di genggamanku, tepat di dada manusia di sampingku. Aaacchhh…. Sesuatu yang tipis dan dingin terasa di dadaku, melesak dalam sekali. Dingin. Dingin sekali.

Aku memandangnya. Begitu pun ia. Kami tersenyum. Untuk kali pertama.

Sepi datang lagi. Dan menari. Hari pun menepi.

Kabar duka datang senja hari.

Kamis, 23 September 2002. Sepasang suami istri ditemukan bunuh diri. Di dada mereka tertancap sebilah belati. Namun satu tangan mereka menggenggam erat jari-jari.

Jakarta, 2003


sumber:

[Continue reading...]

Friday, February 21, 2014

Mengenal 3 Jenis Haji dan 2 Dua Macam Miqat Haji

- 0 comments

Seorang calon jamaah haji, sudah seharusnya mengenali jenis-jenis haji dan miqatnya. Agar dia bisa melihat dan memilih, jenis haji apakah yang paling tepat baginya dan dari miqat manakah dia harus melakukannya.

Jenis-jenis Haji

Berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih dari Nabi shallallah ‘alahi wa sallam, ada tiga jenis haji yang bisa diamalkan. Masing-masingnya mempunyai nama dan sifat (tatacara) yang berbeda. Tiga jenis haji tersebut adalah sebagai berikut:

1. Haji Tamattu’

Haji Tamattu’ adalah berihram untuk menunaikan umrah di bulan-bulan haji (Syawwal, Dzul Qa’dah, 10 hari pertama dari Dzul Hijjah), dan diselesaikan umrahnya (bertahallul) pada waktu-waktu tersebut1. Kemudian pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah) berihram kembali dari Makkah untuk menunaikan hajinya hingga sempurna. Bagi yang berhaji Tamattu’, wajib baginya menyembelih hewan kurban (seekor kambing/sepertujuh dari sapi/sepertujuh dari unta) pada tanggal 10 Dzul Hijjah atau di hari-hari tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzul Hijjah). Bila tidak mampu menyembelih, maka wajib berpuasa 10 hari; 3 hari di waktu haji (boleh dilakukan di hari tasyriq2. Namun yang lebih utama dilakukan sebelum tanggal 9 Dzul Hijjah/hari Arafah) dan 7 hari setelah pulang ke kampung halamannya.

2. Haji Qiran

Haji Qiran adalah berihram untuk menunaikan umrah dan haji sekaligus, dan menetapkan diri dalam keadaan berihram (tidak bertahallul) hingga hari nahr (tanggal 10 Dzul Hijjah). Atau berihram untuk umrah, dan sebelum memulai thawaf umrahnya dia masukkan niat haji padanya (untuk dikerjakan sekaligus bersama umrahnya). Kemudian melakukan thawaf qudum (thawaf di awal kedatangan di Makkah), lalu shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Setelah itu bersa’i di antara Shafa dan Marwah untuk umrah dan hajinya sekaligus dengan satu sa’i (tanpa bertahallul), kemudian masih dalam kondisi berihram hingga datang masa tahallulnya di hari nahr (tanggal 10 Dzul Hijjah). 

Boleh pula baginya untuk mengakhirkan sa’i dari thawaf qudumnya yang nantinya akan dikerjakan setelah thawaf haji (ifadhah). Terlebih bila kedatangannya di Makkah agak terlambat dan khawatir tidak bisa tuntas mengerjakan hajinya bila disibukkan dengan sa’i. Untuk haji Qiran ini, wajib menyembelih hewan kurban (seekor kambing, sepertujuh dari sapi, atau sepertujuh dari unta) pada tanggal 10 Dzul Hijjah atau di hari-hari tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah). Bila tidak mampu menyembelih, maka wajib berpuasa 10 hari; 3 hari di waktu haji (boleh dilakukan di hari tasyriq, namun yang lebih utama dilakukan sebelum tanggal 9 Dzul Hijjah/hari Arafah) dan 7 hari setelah pulang ke kampung halamannya.

3. Haji Ifrad

Haji Ifrad adalah melakukan ihram untuk berhaji saja (tanpa umrah) di bulan-bulan haji. Setiba di Makkah, melakukan thawaf qudum (thawaf di awal kedatangan di Makkah), kemudian shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Setelah itu bersa’i di antara Shafa dan Marwah untuk hajinya tersebut (tanpa bertahallul), kemudian menetapkan diri dalam kondisi berihram hingga datang masa tahallulnya di hari nahr (tanggal 10 Dzul Hijjah). Boleh pula baginya untuk mengakhirkan sa’i dari thawaf qudumnya, dan dikerjakan setelah thawaf hajinya (ifadhah). Terlebih ketika kedatangannya di Makkah agak terlambat dan khawatir tidak bisa tuntas mengerjakan hajinya bila disibukkan dengan kegiatan sa’i, sebagaimana haji Qiran. Untuk haji Ifrad ini, tidak ada kewajiban menyembelih hewan kurban. (Disarikan dari Dalilul Haajji wal Mu’tamir, terbitan Departemen Agama Saudi Arabia hal. 15,16, & 19, dan www.attasmeem.com, Manasik Al-Hajj wal ‘Umrah, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin)

Jenis Haji Apakah yang Paling Utama (Afdhal)?

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Berdasarkan penelitian, maka keutamaan tersebut tergantung pada kondisi orang yang akan melakukannya. Jika dia safar untuk umrah secara tersendiri (lalu pulang), kemudian safar kembali untuk berhaji, atau dia bersafar ke Makkah sebelum bulan-bulan haji untuk berumrah lalu tinggal di sana, maka para ulama sepakat bahwa yang afdhal baginya adalah haji Ifrad. Adapun jika dia bersafar ke Makkah pada bulan-bulan haji untuk melakukan umrah dan haji (sekali safar) dengan membawa hewan kurban, maka yang afdhal baginya adalah haji Qiran. Dan bila tidak membawa hewan kurban maka yang afdhal baginya adalah haji Tamattu’.” (Lihat Taudhihul Ahkam juz 4, hal. 60)

Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa haji Tamattu’ lebih utama dari semua jenis haji secara mutlak. Bahkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berpendapat bahwa hukum haji Tamattu’ adalah wajib, sebagaimana dalam kitab beliau Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hal. 11-17, cet. ke-4). Namun demikian, beliau rahimahullah mengatakan: “Mungkin ada yang berkata, ‘Sesungguhnya apa yang engkau sebutkan tentang wajibnya haji Tamattu’ dan bantahan terhadap yang mengingkarinya, sangatlah jelas dan bisa diterima. Namun masih ada ganjalan manakala ada yang mengatakan bahwa Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun justru melakukan haji Ifrad. 

Bagaimanakah solusinya?’ Jawabannya: ‘Dalam bahasan yang lalu telah kami jelaskan bahwasanya haji Tamattu’ itu hukumnya wajib, bagi seseorang yang tidak membawa hewan kurban. Adapun bagi seseorang yang membawa hewan kurban, maka tidak wajib baginya berhaji Tamattu’. Bahkan (dalam kondisi seperti itu) tidak boleh baginya untuk berhaji Tamattu’. Yang afdhal baginya adalah haji Qiran atau haji Ifrad. Sehingga apa yang telah disebutkan bahwa Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun berhaji Ifrad, dimungkinkan karena mereka membawa hewan kurban. Dengan demikian masalahnya bisa dikompromikan, walhamdulillah.” (Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hal. 18-19)

Miqat Haji

Miqat haji ada dua macam:

1. Miqat zamani: Yaitu batasan-batasan waktu di mana dilakukan ibadah haji. Batasan waktu tersebut adalah bulan-bulan haji (Syawwal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari pertama dari bulan Dzul Hjjah). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُوْمَاتٌ “Haji itu pada bulan-bulan yang telah ditentukan.” (Al-Baqarah: 197)

2. Miqat makani: Yaitu sebuah tempat yang telah ditentukan dalam syariat, untuk memulai niat ihram haji dan umrah.

Miqat Makani tersebut ada lima, yaitu:

1. Dzul Hulaifah (sekarang dinamakan Abyar ‘Ali atau Bir ‘Ali). Tempat ini adalah miqat bagi penduduk kota Madinah dan yang datang melalui rute mereka. Jaraknya dengan kota Makkah sekitar 420 km.

2. Al-Juhfah. Tempat ini adalah miqat penduduk Saudi Arabia bagian utara dan negara-negara Afrika Utara dan Barat, serta penduduk negeri Syam (Lebanon, Yordania, Syiria, dan Palestina). Jaraknya dengan kota Makkah kurang lebih 208 km. Namun tempat ini telah ditelan banjir, dan sebagai gantinya adalah daerah Rabigh yang berjarak kurang lebih 186 km dari kota Makkah.

3. Qarnul Manazil (sekarang dinamakan As-Sail), yang berjarak kurang lebih 78 km dari Makkah, atau Wadi Muhrim (bagian atas Qarnul Manazil) yang berjarak kurang lebih 75 km dari kota Makkah. Tempat ini merupakan miqat penduduk Najd dan yang setelahnya dari negara-negara Teluk, Irak (bagi yang melewatinya), Iran, dll. Demikian pula penduduk bagian selatan Saudi Arabia yang berada di seputaran pegunungan Sarat.

4. Yalamlam (sekarang dinamakan As-Sa’diyyah), yang berjarak kurang lebih 120 km dari kota Makkah (bila diukur lewat jalur selatan Tihamah). Ini adalah miqat penduduk negara Yaman, Indonesia, Malaysia, dan sekitarnya.

5. Dzatu ‘Irqin (sekarang dinamakan Adh-Dharibah), yang berjarak kurang lebih 100 km dari kota Makkah. Ini adalah miqat penduduk negeri Irak (Kufah dan Bashrah) dan penduduk negara-negara yang melewatinya. Awal mula direalisasikannya Dzatu ‘Irqin sebagai miqat adalah di masa khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab. Yaitu ketika penduduk Kufah dan Bashrah merasa kesulitan untuk pergi ke miqat Qarnul Manazil, dan mengeluhkannya kepada khalifah. Mereka pun diperintah untuk mencari tempat yang sejajar dengannya. Dan akhirnya dijadikanlah Dzatu ‘Irqin sebagai miqat mereka dengan kesepakatan dari khalifah Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, yang ternyata mencocoki sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam Shahih Muslim dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma. (Lihat Taudhihul Ahkam juz 4, hal. 43-48, Asy-Syarhul Mumti’ juz 4, hal. 49-50, Irwa`ul Ghalil, juz 4 hal. 175)

1 Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Seseorang dikatakan berhaji tamattu’, ketika dia datang ke Baitullah untuk berumrah (di bulan-bulan haji, pen.) kemudian tinggal di sana (di Makkah) untuk menunaikan hajinya (di tahun itu).” (Mansak Al-Imam Ibni Baz, hal. 39)

2 Berdasarkan riwayat Al-Bukhari, dari ‘Aisyah dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhum bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membolehkan bershaum di hari Tasyriq kecuali bagi seseorang yang berhaji (Tamattu’/Qiran, pen.) dan tidak mampu menyembelih hewan kurban. (Lihat Irwa`ul Ghalil, juz 4 hal. 132, dan keterangan Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Manasik Al-Hajji wal ‘Umrah)

3 Sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma yang diriwayatkan Al-Bukhari no. 1524 dan Muslim no. 1811, dan penentuan khalifah Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu tentang Dzatu ‘Irqin yang terdapat dalam riwayat Al-Bukhari no. 1531 yang mencocoki sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma. (Lihat Irwa`ul Ghalil, juz 4 hal. 175)

( sumber : )
[Continue reading...]

Thursday, February 20, 2014

Cara Membuat Dan Memasang Scroll Pada Label Kategori Blog

- 0 comments

Cara Membuat Dan Memasang Scroll Pada Label Kategori Blog
 Cara Membuat Dan Memasang Scroll Pada Label Kategori Blog - Setelah sekian lama saya tidak pernah update posting, Kali ini saya akan share posting dan berbagi trik yang ringan tentang Cara Membuat Dan Memasang Scroll Pada Label Categori Blog.


 Mungkin jika sobat ingin blognya kelihatan rapi dan bersih, Maka sobat bisa menggunakan trik yang akan saya share ini. Karena fungsi dari memasang scroll adalah untuk menyingkat pada bagian widget maupun gadget agar kelihatan rapi dan enak di pandang. Intinya tampilan blog kita jadi simpel, karena biasanya kalau label atau kategori di blog kita sangat banyak maka akan memakan banyak tempat di template blog kita. Jadi kita bisa memasang scroll pada label atau kategori blog, agar tampilan blog kita jadi menarik dan singkat.


 Seperti contohnya sobat bisa lihat di blog KUCOPAS ini, Pada bagian Label atau kategori di samping (Sidebar) sudah saya pasang scroll. Kelihatan sangat simpel kan sobat??? Namun tetap bisa menampilkan semua label atau kategori, Karena dengan adanya scroll.




 Jika sobat tertarik ingin Membuat Dan Memasang Scroll Pada Label Kategori Blog, Silahkan sobat ikuti langkah-langkahnya sebagai berikut:


1. Silahkan sobat >>"Masuk/Login" ke Blog sobat.
2. Pilih >> Menu >> "Template" >> "Edit Html" >> Lanjutkan >> Jangan lupa sobat Centang kotak kecil "Expand Template Widget".
3. Kemudian Cari kode ]]></b:skin> , Gunakan CTRL + F untuk mempercepat dan memudahkan pencarian.
Lihat Gambar berikut:

Cara Membuat Dan Memasang Scroll Pada Label Kategori Blog


KETERANGAN:
  • No 1 adalah pencarian cepat menggunakan CTRL + F. Jika sobat sudah sampai pada >> Menu >> Template >> centang Expand Template Widget, Maka gunakan CTRL + F , dan isikan  ]]></b:skin> pada kotak seperti gambar no 1 diatas, guna untuk mempercepat pencarian.
  • No 2 adalah letak kode  pada kode Html template sobat.
  • No 3 adalah kode Scroll yang akan kita tambahkan.
4. Langkah yang selanjutnya silahkan sobat Copy/salin semua Kode Html di bawah ini dan Paste/tempel tepat diatas/sebelum Kode ]]></b:skin> , seperti pada gambar di atas.

#Label1 .widget-content{
height:200px;
width:auto;
overflow:auto;
}

CATATAN:
  • height:200px; adalah Nilai Tinggi Kotak Scroll, Silahkan sobat ganti seperti keinginan sobat.
  • #Label1 adalah Id Html Gadget blog sobat. tidak perlu diganti.
5. Langkah yang terakhir jangan lupa sobat klik >> "Pratinjau" untuk menghindari kesalahan waktu Edit Html Template sobat.
Jika hasilnya sudah seperti yang sobat inginkan, Silahkan sobat klik >> "Save/Simpan Template".
[Continue reading...]
 
Copyright © 2012. Jemur - Posts · Comments
Powered by Blogger